Assalamu'alaikum Wr.Wb
Buat teman-teman mahasiswa semoga artikel dibawah menjadi motivasi teman-teman agar menambah kreativitas sebagai anak bangsa.
Kompetisi UAV di Indonesia sudah diinisiasi dengan adanya penyelenggaraan Indonesian Indoor Aerial Robot Contest (IIARC) yang merupakan kontes robot terbang pertama untuk kategori indoor (dalam ruangan). Kontes ini telah diadakan setiap tahun di Institut Teknologi Bandung mulai tahun 2008 hingga 2011. Pelaksana kontes adalah Program Studi Aeronotika dan Astronotika, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB bersama dengan mahasiswa Program Studi Aeronotika dan Astronotika yang tergabung dalam Keluarga Mahasiswa Teknik Penerbangan (KMPN) ITB. Sejak dimulai pada tahun 2008, jumlah peserta terus meningkat. Mulai dari hanya 15 tim pada tahun 2008, hingga mencapai 44 tim pada tahun 2010.
Dalam kontes ini, peserta ditantang untuk mendesain, membuat serta menerbangkan sebuah pesawat. Tantangan yang diberikan mengharuskan peserta mendapatkan kompromi antara geometri pesawat, konstruksi dan sistem elektronik yang diintegrasikan pada pesawat terbang.
JAKARTA - Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) akan ikut laga Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2015. 71 tim dari yang berasal dari 29 perguruan tinggi se-Indonesia akan mengikuti kontes ini. Kontes ini di selenggarakan di Lapangan Gading, Wonosari, Gunungkidul, pada 17-20 September 2015.
Drs Senawi, M.P., selaku Ketua Umum KRTI menyampaikan bahwa KRTI tahun ini mempunyai tema yakni "Menuju Kemandirian Teknologi Wahan Terbang Tanpa Awak".
"Melalui kontes ini diharapkan mampu menumbuhkan dan mendorong kreativitas mahasiswa khususnya dalam bidang teknologi," ungkapnya, seperti dinukil dari laman UGM, Senin (14/9/2015).
Menurut Ketua Dewan Juri KRTI, Gesang Nugroho,S.T.,M.T.,Ph.D., terdapat tiga kategori lomba yang terbagi dalam enam kelas pertandingan.
"Pertama adalah divisi racing jet (RJ) yang terdiri dari kelas leight weight (LW) dan heavy weight (HW). Dalam divisi ini kecepatan pesawat menjadi fokus utama dalam penilaian. Intinya loma kecepatan, dua pesawat balapan mana yang tercepat," ujarnya.
Penilaiannya berdasarkan hasil video yang dikirim. Pada kelas mapping, tiap-tiap peseerta diharuskan bisa menerbangkan pesawat dengan mode otomatis untuk memotret area seluas 500 x 1.500 meter hingga membuat sebuah peta.
"Yang dinilai adalah kualitas peta yang dihasilkan," ujarnya.
Terakhir pada divisi vertikal take-off landing (VTOL) yang terdiri dari kelas water based fire distinguiser (VTOL-WFE) serta non-water based fire distinguiser (VTOL-NWFE). Pada katagori ini, pesawat tanpa awak tersebut akan ditantang bisa memadamkan kebakaran di area seluas 5 x 50 meter.
“Ada sembilan titik api yang dinyalakan secara acak untuk dipadamkan,” tambahnya
Semoga bermanfaat dan menjadi motivasi buat teman-teman mahasiswa lainnya. Serta meningkatkan kreativitas anak bangsa untuk menuju masa depan.
Semoga bermanfaat..
Wa'alaikumsalam Wr.Wb
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments:
Post a Comment